Apa Itu Pengangguran Struktural

Kamu pernah mendengar istilah pengangguran struktural? Apa itu sebenarnya? Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang pengangguran struktural, mulai dari pengertian, penyebab, dampak, dan juga solusi untuk mengatasinya. Namun sebelumnya, mari kita kenali dulu apa itu pengangguran struktural.

Apa itu Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang terjadi saat tenaga kerja tidak cocok dengan jenis pekerjaan yang tersedia di pasar tenaga kerja. Hal ini terjadi karena perbedaan antara keterampilan dan kemampuan yang dimiliki tenaga kerja dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh tenaga kerja. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki keterampilan dalam teknologi komputer mungkin tidak cocok untuk bekerja di industri jasa makanan.

Gambar seseorang yang memegang tulisan butuh kerja

Munculnya pengangguran struktural sering kali terjadi akibat perubahan kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi, atau perubahan dalam preferensi konsumen. Misalnya, jika pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi pada sektor pertanian, maka petani yang sudah bekerja di sana mungkin akan kehilangan pekerjaan.

Mengapa Terjadi Pengangguran Struktural

Penyebab terjadinya pengangguran struktural bermacam-macam, namun ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi:

  • Perubahan teknologi – Perkembangan teknologi yang cepat sering kali membuat beberapa jenis pekerjaan tidak lagi dibutuhkan atau dihapuskan sama sekali. Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan mesin pengolah data mungkin tidak lagi membutuhkan pekerja manual untuk melakukan tugas tersebut. Oleh karena itu, pekerja yang tidak memiliki keterampilan dalam teknologi mungkin tidak lagi dibutuhkan atau kehilangan pekerjaannya.
  • Perubahan kebijakan pemerintah – Keputusan pemerintah seperti deregulasi, privatisasi, atau penghapusan subsidi dapat menyebabkan perusahaan kehilangan kemampuan untuk bertahan hidup, sehingga mereka harus melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pegawai mereka.
  • Perubahan preferensi konsumen – Perubahan gaya hidup atau preferensi konsumen juga dapat mempengaruhi jenis pekerjaan yang dibutuhkan. Sebagai contoh, konsumen yang lebih memilih makanan organik akan membuka peluang bagi perusahaan makanan organik untuk berkembang, sedangkan perusahaan makanan non-organik dapat merugi dan harus melakukan PHK kepada karyawan mereka.
See also  Apa Itu Air Sadah

Jenis-jenis Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber kekosongan kerja, yaitu:

  1. Kekenotan Keterampilan (skill mismatch)
  2. Jenis pengangguran ini terjadi ketika pekerja tidak memiliki keterampilan dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Hal ini terjadi ketika perusahaan harus mencari pekerja dengan kualifikasi yang sangat spesifik, seperti bidang teknologi atau keuangan.

  3. Geografis (geographic mismatch)
  4. Jenis pengangguran ini terjadi ketika pekerjaan tersedia di wilayah tertentu, tetapi tenaga kerja yang siap bekerja tidak berada di wilayah tersebut. Misalnya, pekerjaan di sektor pertambangan yang banyak tersedia di daerah tertentu di Indonesia, sehingga orang-orang yang ingin bekerja di sektor tersebut harus pergi ke wilayah tersebut atau merantau ke luar negeri.

  5. Sistemik (systemic mismatch)
  6. Pengangguran sistemik terjadi ketika posisi yang dibutuhkan oleh perusahaan tidak dianggap sebagai pekerjaan yang menarik atau berkualitas oleh tenaga kerja. Hal ini terjadi ketika sektor ekonomi tertentu kurang disukai oleh tenaga kerja, seperti industri tekstil atau pertanian.

Dampak Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural memiliki dampak negatif bagi individu, masyarakat, dan negara secara keseluruhan. Beberapa dampak yang bisa terjadi, antara lain:

  • Kesenjangan Ekonomi – Pengangguran struktural dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi antara kelompok-kelompok yang berbeda, karena mereka yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan pasar tenaga kerja akan menjadi semakin terpinggirkan.
  • Penurunan Produksi – Pengangguran struktural dapat mengurangi produksi dan daya saing perusahaan karena mereka sulit mencari tenaga kerja yang cocok dan terampil.
  • Depresi dan Stres – Pengangguran dapat berdampak pada kesejahteraan mental individu dan meningkatkan risiko depresi serta stres. Selain itu, pengangguran dapat membuat individu kehilangan rasa percaya diri dan merasa tidak ada artinya.

Cara Mengatasi Pengangguran Struktural

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran struktural, antara lain:

  1. Pelatihan keterampilan dan pendidikan – Pelatihan keterampilan dan pendidikan dapat membantu pekerja yang kehilangan pekerjaannya mendapatkan keahlian baru yang lebih relevan dengan pasar tenaga kerja saat ini.
  2. Kebijakan Pemerintah – Kebijakan pemerintah dalam bentuk program pengembangan sektor yang dimaksudkan untuk membuka lapangan kerja baru dalam bidang-bidang yang membutuhkan tenaga kerja dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran struktural.
  3. Regulasi pemerintah untuk perusahaan – Pemerintah harus memberikan regulasi yang kondusif untuk sektor atau industri yang mempekerjakan banyak tenaga kerja agar kondusif dan penuh peluang.
See also  Apa Itu Isa Almasih

Apa Itu Protein Fungsional

Seiring dengan perubahan gaya hidup dan kesadaran akan kesehatan, protein fungsional menjadi jenis protein yang semakin populer dan banyak dicari oleh masyarakat. Apa itu protein fungsional?

Protein fungsional adalah protein yang memiliki fungsi tambahan selain sebagai sumber nutrisi. Beberapa contohnya antara lain protein yang bertindak sebagai bahan pengemulsi dalam pembuatan biskuit, protein yang digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan sosis, atau protein yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna protein hewani atau nabati.

Apa yang Dimaksud dengan Protein Struktural dan Fungsional

Ada dua jenis protein yaitu protein struktural dan protein fungsional. Protein struktural berfungsi untuk membentuk rangka tubuh hewan atau manusia. Protein ini menyusun otot dan jaringan lainnya dalam tubuh. Pada sisi yang lain, protein fungsional digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan produk pangan, contohnya adalah pengemulsi, pemberi rasa, pemberi warna, pembantu pembeku, pembantu perisa makanan, dan penyedap.

Gambar Protein dan Struktur Molekulnya

Sejarah Pengembangan Protein Fungsional

Pengembangan protein fungsional pertama kali dilakukan oleh ilmuwan Jepang pada tahun 1980-an. Pada saat itu, mereka mengubah sejumlah sifat alami protein daging sapi dan udang, seperti diubahkan nilainya pada pH rendah. Pada 1990-an, penemuan serupa dilakukan pada protein susu, seperti pengembangan protein casein-fosfat dan laktoferin yaitu protein dengan aktivitas antibakteri, antioksidan dan menstimulasi sistem imun.

Tips Memilih Protein Fungsional Yang Tepat

Memilih protein fungsional yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas produk pangan yang dihasilkan. Berikut adalah beberapa tips dalam memilih protein fungsional yang baik:

  1. Pastikan protein fungsional yang digunakan aman dan memenuhi standar keamanan pangan.
  2. Pilih protein fungsional yang memiliki sifat fungsional yang sesuai dengan kebutuhan produk yang akan dihasilkan. Misalnya, untuk menghasilkan produk yang memiliki tekstur yang lembut, dapat menggunakan protein fungsional sebagai agen pengikat.
  3. Perhatikan ketersediaan protein fungsional yang akan digunakan, ketersediaannya pada pasaran, dan harganya untuk mengefektifkan produksi.
  4. Pilih protein fungsional yang tidak mengurangi atau merusak rasa produk.
See also  Apa Itu Self Development

Keuntungan Menggunakan Protein Fungsional

Peran protein fungsional sangat penting dalam meningkatkan kualitas produk pangan. Beberapa keuntungan menggunakan protein fungsional yaitu:

  • Meningkatkan daya tarik produk
  • Protein fungsional dapat mempengaruhi tekstur dan kelezatan produk pangan sehingga memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya tarik produk.

  • Meningkatkan kualitas
  • Dengan menggunakan protein fungsional dalam produk pangan akan meningkatkan kualitas produk, seperti daya tarik, warna, kekenyalan, dan kemampuan penyimpanan.

  • Menjaga konsistensi kualitas produk
  • Menjaga konsistensi kualitas produk merupakan hal yang penting terutama bagi produsen besar yang memproduksi produk pangan dalam jumlah besar. Menambahkan protein fungsional dapat membantu menjaga konsistensi kualitas produk sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen pada produk tersebut.

Manfaat Penggunaan Protein Fungsional Dalam Produk Pangan

Manfaat penggunaan protein fungsional dalam produk pangan antara lain:

  • Meningkatkan nilai gizi produk
  • Dalam beberapa kasus, penggunaan protein fungsional dapat meningkatkan kandungan asam amino penting dalam produk pangan sehingga dapat meningkatkan nilai gizi produk.

  • Meningkatkan tekstur produk
  • Protein fungsional dapat mengurangi kekasaran dalam produk pangan, sehingga meningkatkan tekstur produk. Hal ini membuat produk pangan menjadi lebih mudah dikunyah dan dicerna oleh tubuh.

  • Meningkatkan daya tahan produk
  • Penggunaan protein fungsional dalam produk pangan juga dapat meningkatkan daya tahan produk.

Rekomendasi

Dalam menghadapi pengangguran struktural dan meningkatkan kualitas produk pangan, seperti penggunaan protein fungsional, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat. Pemerintah perlu memberikan kebijakan yang mendukung pengembangan sektor yang memperkerjakan banyak tenaga kerja, sementara pelaku industri perlu berinovasi dalam penggunaan teknologi baru dan mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja yang memadai.

Penggunaan protein fungsional dalam produk pangan perlu diperhatikan oleh produsen untuk meningkatkan kualitas produk. Dalam memilih protein fungsional yang sesuai dan efektif, produsen perlu memperhatikan ketersediaan protein fungsional, ketersediaan pasaran, dan harganya sehingga dapat mengoptimalkan produksi dan meningkatkan daya saing produk. Tidak hanya itu, penggunaan protein fungsional juga diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi dan meregenerasi jaringan tubuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *