Apa Itu Toxic Positivity

Melihat tren perkembangan gaya hidup sehat di dunia, kita pastinya tidak asing dengan istilah positivity atau positivisme. Hal tersebut berdampak baik bagi kita jika dilakukan dengan cara yang sehat dan seimbang, namun terkadang positivisme juga dapat disalahgunakan. Terkadang, kita merasa wajib untuk selalu positif dalam segala situasi, bahkan jika situasi tersebut tidak mendukung sama sekali. Hal ini sering disebut sebagai toxic positivity. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang toxic positivity, termasuk apa itu, mengapa berbahaya, jenis-jenis, tips mengatasi, serta manfaat dari menghindari perilaku tersebut.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity dapat diartikan sebagai kebiasaan seseorang untuk mengabaikan, menyalahkan, atau menganggap enteng perasaan dan emosi orang lain dengan merangsang terus menerus untuk selalu berpikir positif. Hal ini sering disebut sebagai toksin karena perilaku tersebut dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang. Orang yang menerapkan perilaku toxic positivity umumnya merasa bahwa segala hal harus selalu positif, sehingga membuat orang yang merasa tidak nyaman dipandang sebagai orang yang “tidak kuat” dan kurang beriman.

Toxic Positivity

Mengapa Toxic Positivity Berbahaya?

Banyak orang yang menganggap bahwa perilaku toksik positivitas ini secara langsung dapat menyehatkan diri mereka sendiri maupun orang lain. Namun, hal ini justru berbahaya. Berikut adalah alasan mengapa perilaku toxic positivity dapat mengancam kesehatan mental seseorang.

  • Menekan pengalaman emosi secara sehat
  • Menekan pengalaman rasa sakit secara emosional
  • Menekan pengalaman trauma secara emosional
  • Mengabaikan perasaan dan kebutuhan orang lain
  • Memperburuk stres
See also  Apa Itu Head Office

Jenis-jenis Toxic Positivity

Meskipun tidak ada istilah atau klasifikasi tertentu dari perilaku toxic positivity, terdapat beberapa contoh yang dapat dikategorikan sebagai perilaku tersebut. Berikut adalah beberapa jenis perilaku toxic positivity:

  • Menegatifkan pengalaman negatif orang lain
  • Memperburuk perasaan sedih atau tidak nyaman orang lain
  • Menyalahkan individu yang merasa sedih atau kecewa, dan menganggapnya sebagai lemah atau kurang beriman
  • Mengalihkan perhatian dari masalah orang lain
  • Memaksakan pikiran positif pada orang lain
  • Menyangkal realitas yang sedang terjadi

Tips Mengatasi Toxic Positivity

Bagi mereka yang merasa kesulitan menghindari perilaku ini, ada beberapa tips yang dapat dilakukan. Tips-tips tersebut adalah sebagai berikut:

  • Positivitas yang sehat adalah kunci
  • Mendengarkan perasaan seseorang yang lain
  • Menerima kenyataan
  • Jangan melarang seseorang untuk merasakan sedih atau marah
  • Beri dukungan dan empati

Manfaat Menghindari Toxic Positivity

Menghindari perilaku toxic positivity dapat memiliki beberapa manfaat, baik untuk individu maupun kelompok. Perilaku menghindari toxic positivity dapat memperbaiki hubungan sosial dan lingkungan kerja, serta membantu menciptakan interaksi yang lebih sehat. Dalam hubungan yang sehat, baik antara teman dan keluarga, individu merasa nyaman berbicara dan berbagi tentang perasaan mereka tanpa takut dinilai atau disalahartikan. Hal ini dapat menciptakan rasa kepercayaan dan kedekatan yang lebih baik di antara mereka.

Rekomendasi

Jika kamu merasa kesulitan menghindari perilaku toxic positivity, sebaiknya segera mencari bantuan. Ada beberapa cara untuk mencari bantuan, seperti:

  • Mencari dukungan dari keluarga dan teman
  • Merencanakan konseling dengan profesional kesehatan mental

Cara Mengatasi Toxic Positivity

Dalam kesimpulannya, meskipun positivitas dapat membantu kita dalam banyak hal, terlalu banyak menyemangati diri dan mengabaikan perasaan dan emosi orang lain dapat menyebabkan toxic positivity. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan bahwa baik tekanan emosi, keraguan diri, dan perasaan sedih merupakan hal yang wajar dan perlu dilalui. Dengan melakukan pendekatan yang seimbang terhadap positivitas dan emosi, kita dapat membantu diri sendiri dan orang lain untuk mencapai keseimbangan dan kesejahteraan yang lebih jelas.

See also  Apa Itu Open Table

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *